Rabu, 30 Desember 2009

Perjuangkan Obsesimu Sampai Akhir Hayat

Khutbah Jum'at
31/12/2009 | 14 Muharram 1431 H
Oleh: Ulis Tofa, Lc
Kirim Print

dakwatuna.com – Subhanallah, cita-cita dan obsesi yang sangat besar dan sulit, namun dengan kesungguhan yang beliau miliki, cita-cita itu, satu demi satu bisa beliau raih. Obsesi sukses di dunia, tapi yang lebih penting adalah sukses di akhirat. Apalah arti sukses di dunia, tapi di akhirat sengsara berkepanjangan.

الحمد لله العزيز الغفار، العلي الجبار، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وعد التائبين بالسعادة بالجنة والسلامة من النار، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله المبعوث لإنقاذ البشرية من الشقاء في الدنيا وفي دار القرار.

اللهم صل وسلم وبارك وأنعم على سيد المستغفرين بالأسحار، وعلى آله وأصحابه الأخيار وعلى التابعين لهم بإحسان ما بقي الليل والنهار. أما بعد:

Momentum pergantian tahun, apakah tahun baru hijriyah atau tahun baru masehi di mata orang mukmin memiliki arti yang sangat mendalam. Pergantian waktu itu tidak lah terjadi begitu saja. Pergantian waktu menjadi bagian tanda-tanda kekuasaan Allah swt., sekaligus menjadi tadzkirah, pengingat bagi manusia bahwa setiap makhluk yang berada di muka bumi, pasti akan berlalu, berlalu sebagaimana waktu pasti terus berganti. Allah swt. berfirman:

“Maha Berkah Dzat yang di Tangan-Nyalah kerajaan. Dan Dia Dzat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yaitu, Dzat yang menciptakan kematian dan kehidupan, agar Dia menguji kalian, mana di antara kalian yang paling baik amalnya.” Al-Mulk:1-2.

“Kafaa bilmauti waidza. Cukuplah kematian itu sebagai pengingat –bagi yang masih hidup-.” Begitu taujih Rasulullah saw.

Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah,

Di akhir tahun 2009 ini, bangsa Indonesia kehilangan mantan Presiden RI ke Empat, KH. Abdur Rahman Wahid –semoga Allah swt. menerima amal kebaikannya dan mengampuni segala kekhilafan nya-. Banyak yang kaget, shock, terutama keluarganya. Namun yang namanya kematian, kalau sudah waktunya, ia tidak bisa ditangguhkan, juga tidak bisa diminta dimajukan sedetik pun. Innaa lillahi wainnaa ilaihi raaji’un.

Pun, umat-umat terdahulu yang umurnya ratusan bahkan ribuan tahun, semua tinggal kenangan. Mereka hanya meninggalkan sejarahnya, sejarah gemilang atau sebaliknya, sejarah kelam. Seorang penyair bersenandung:

Innamaa antum ayyam

Idzaa madzaa minka yaumun

Madza ba’dhah

Kalian adalah rangkaian dari hari-hari

Jika satu hari telah lewat

Berlalulah sebagiannya

Allah swt. berfirman: “Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.” Ali imran:134

Pergantian tahun adalah juga bermakna berkurangnya umur dunia ini. Berarti hari kiamat kian dekat satu tahun dibanding tahun lalu.

“Setiap orang yang berada di atas bumi pasti akan hancur. Dan Wajah Tuhanmu selamanya Kekal, Dzat yang Maha Tinggi lagi Mulia.” Ar-Rahman: 26-27

Jangan sampai kematian merenggut jiwa kita, sedangkan kita belum siap menghadapinya, sebab ketidaksiapan menjemput maut akan mendatangkan penyesalan berkepanjangan.

“Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: ‘Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.” Al-Fajr: 23-24

Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah,

Jika kematian terus mengintai setiap yang masih hidup, Lalu apa yang perlu kita persiapkan?

Pertama, segera beristighfar, bertoba dan perbaiki diri.

Menyesali segala alpa dan khilaf yang selama ini memperdaya dan menjerumuskan pada kemaksiatan. Kita sadar bahwa setiap manusia pasti pernah salah, karena “Summiyal insanu insanan linis-yatihi, manusia dikatakan insan, karena sering lupa dan khilafnya.”

Rasulullah saw. memberi contoh akan kesadaran beristighfar, walau beliau tidak pernah salah, beliau setiap hari beristighfar tujuh puluh sampai seratus kali.

Dalam hadits Qudsi, Allah swt. berfirman, Rasulullah saw. bersabda: “Wahai anak Adam, selagi kamu berdoa dan mengharap (ampunan) kepada-Ku, Aku ampuni kesalahan sebesar apapun kesalahan itu, dan Aku tidak peduli kan itu. Wahai anak Adam, andai dosamu seluas langit, lalu kamu beristighfar meminta ampun kepada-Ku, Aku ampuni semuanya, Aku tidak peduli kan itu. Wahai anak Adam, jika kamu datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan s- hamparan bumi, kemudian kamu meninggal tidak menyekutukan Aku dengan apa pun, Sungguh Aku akan mencurahkan ampunan seluas hamparan bumi tersebut.” At-Tirmizi, dihasankan Imam Al-Albani.

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”. (Ali Imran: 135)

Kedua, luruskan niat, tegaskan tujuan hidup

Seorang muslim tidak boleh larut dalam putus asa dari rahmat Allah. Tidak boleh bersedih meratapi musibah yang menimpanya. Ia harus bangkit kembali, dengan menegaskan tujuan hidup dan meluruskan niat. Sebab, seseorang yang sudah bertobat, berarti ia telah kembali bersih, laksana baru lahir. “Tobat menghapus kesalahan yang telah lalu.” Imam Bukhari

Hidup adalah untuk ibadah. Waktu adalah pahala, bukan sekedar materi. Allah swt. berfirman: “Wahai manusia, beribadahlah kepada Tuhan kalian, Dzat yang telah Menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian. Agar kalian bertaqwa.” Al-Baqarah:21

Kembali kita segarkan kompas hidup kita. Kembali kita mantapkan arah tujuan keberadaan kita di muka bumi ini. Yaitu ikrar, “Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadah sunnahku, hidup dan matiku, hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam.” Al-An’am:162

Ketiga, canangkan dan wujudkan obsesi hidup

Umar bin Abdul Aziz mencontohkan kepada kita, untuk memiliki obsesi dan cita-cita besar. Suatu ketika ia menegaskan: “Inna lii nafsan thawwaqah. Sungguh saya memiliki obsesi yang sangat besar. Atamanna an akuna amiran limadinatir Rasul. Sungguh saya bermimpi menjadi gubenur Madinah, tempat mercusuar keilmuan dan peradaban, saya siapkan diri untuk itu, dan karenanya saya mewujudkannya. Isytaqqattu an atazawwaja Fatimah binti Abdul Malik Khalifatal muslimin. Saya bermimpi suatu saat bisa mempersunting Fatimah putri Khalifah Abdul Malik, saya berjuang untuk itu dan karenanya saya mendapatkannya. Saya berharap menjadi hafizhul Qur’an, dan saya membuktikannya. Saya bercita-cita menjadi khalifah umat muslim dunia, saya pun meraihnya. Dan saya pun berharap agar Allah swt. memasukkan diriku di dalam jannah-Nya.”

Subhanallah, cita-cita dan obsesi yang sangat besar dan sulit, namun dengan kesungguhan yang beliau miliki, cita-cita itu, satu demi satu bisa beliau raih. Obsesi sukses di dunia, tapi yang lebih penting adalah sukses di akhirat. Apalah arti sukses di dunia, tapi di akhirat sengsara berkepanjangan.

Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah,

Kita canangkan obsesi hidup kita, baik secara personal maupun secara komunal. Secara personal, obsesi setiap manusia beda-beda, sesuai kebutuhan masing-masing. Obsesi untuk merubah status hidup menjadi berumah tangga, misalkan. Menguatkan kembali hubungan keluarga. Berprestasi di tempat kerja atau di tengah-tengah masyarakat, dan seterusnya.

Pun obsesi secara komunal, apalagi sebagai pemimpin. Obsesi untuk memberantas tindak pidana korupsi. Cita-cita mewujudkan pemerintahan dan instansi yang good government dan clean government dan seterusnya. Obsesi itu, tidak sekadar live servis semata, namun kesungguhan yang sebenarnya, karena kebenaran obsesi itulah yang akan mewujudkannya.

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Al-Hadid: 16)

Saatnya kita gunakan sisa umur kita untuk mewujudkan obsesi tertinggi kita, “fiddunya hasanah wafilakhirati hasanah. Yaa Allah kami memohon ridha dan surga-Mu. Yaa Allah kami berlindung diri dari murka dan neraka-Mu.” Amin

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم من الآيات والذكر الحكيم، وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم؛ واستغفروا الله إنه هو الغفور الرحيم.

Kamis, 07 Mei 2009

Menjadi Yang Paling Dicintai

dakwatuna.com - ”Bukan daging-daging unta dan darahnya itu yang dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya…” (Al-Hajj: 37)

Maha Agung Allah yang Menciptakan kehidupan dengan segala kelengkapannya. Ada kelengkapan pokok, ada juga yang cuma hiasan. Sayangnya, tak sedikit manusia yang terkungkung pada jeratan kelengkapan aksesoris.

Berkurbanlah, Anda akan menjadi yang paling kaya

Logika sederhana manusia kerap mengatakan kalau memberi berarti terkurangi. Seseorang yang sebelumnya punya lima mangga misalnya, akan berkurang jika ia memberikan dua mangga ke orang lain. Logika inilah yang akhirnya menghalangi orang untuk berkurban.

Jika bukan karena iman yang dalam, logika ini akan terus bercokol dalam hati. Ia akan terus menenggelamkan manusia dalam kehidupan yang sempit, hingga ajal menjemput. Sulit menerjemahkan sebuah pemberian sebagai keuntungan. Sebaliknya, pemberian dan pengorbanan adalah sama dengan pengurangan.

Rasulullah saw. mengajarkan logika yang berbeda. Beliau saw. mengikis sifat-sifat kemanusiaan yang cinta kebendaan menjadi sifat mulia yang cinta pahala. Semakin banyak memberi, orang akan semakin kaya. Karena kaya bukan pada jumlah harta, tapi pada ketinggian mutu jiwa.

Rasulullah saw. mengatakan, “Yang dinamakan kekayaan bukanlah banyaknya harta benda. Tetapi, kekayaan yang sebenarnya ialah kekayaan jiwa (hati).” (HR. Abu Ya’la)

Berkurbanlah, Anda akan menjadi orang sukses

Sukses dalam hidup adalah impian tiap orang. Tak seorang pun yang ingin hidup susah: rezeki menjadi sempit, kesehatan menjadi langka, dan ketenangan cuma dalam angan-angan. Hidup seperti siksaan yang tak kunjung usai. Semua langkah seperti selalu menuju kegagalan. Buntu.

Namun, tak sedikit yang cuma berputar-putar pada jalan yang salah. Padahal, rumus jalan bahagia sangat sederhana. Di antaranya, kikis segala sifat kikir, Anda akan menemukan jalan hidup yang serba mudah.

Allah swt. berfirman, “Ada pun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan ada pun yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (Al-Lail: 5-10)

Kalau jalan hidup menjadi begitu mudah, semua halangan akan terasa ringan. Inilah pertanda kesuksesan hidup seseorang. Semua yang dicita-citakan menjadi kenyataan. Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “…dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang sukses.” (Al-Hasyr: 9)

Berkurbanlah, Anda akan sangat dekat dengan Yang Maha Sayang

Sebenarnya, Allah sangat dekat dengan hamba-hambaNya melebihi dekatnya sang hamba dengan urat lehernya. “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.” (Qaaf: 16)

Namun, ketika ada hijab atau dinding, yang dekat menjadi terasa sangat jauh. Karena hijab, sesuatu menjadi tak terlihat, tak terdengar, bahkan tak terasa sama sekali. Dan salah satu hijab yang kerap menghalangi kedekatan seorang hamba dengan Penciptanya adalah kecintaan pada harta.

Islam tidak mengajarkan umatnya untuk tidak berharta. Atau, menjadi miskin dulu agar bisa dekat dengan Allah swt. Tentu bukan itu. Tapi, bagaimana meletakkan harta atau fasilitas hidup lain cuma di tangan saja. Bukan tertanam dalam hati. Dengan kata lain, harta cuma sebagai sarana. Bukan tujuan.

Karena itu, perlu pembiasaan-pembiasaan agar jiwa tetap terdidik. Dan salah satu pembiasaan itu adalah dengan melakukan kurban. Karena dari segi bahasa saja, kurban berasal dari kata qoroba-yaqrobu-qurbanan artinya pendekatan. Berkurban adalah upaya seorang hamba Allah untuk mengikis hijab-hijab yang menghalangi kedekatannya dengan Yang Maha Sayang.

Berkurbanlah, Anda akan menjadi yang paling dicintai

Setiap cinta butuh pengorbanan. Kalau ada orang yang ingin dicintai orang lain tanpa memberikan pengorbanan, sebenarnya ia sedang memperlihatkan cinta palsu. Cinta ini tidak pernah abadi. Cuma bergantung pada sebuah kepentingan sementara.

Allah swt. Maha Tahu atas isi hati hamba-hambaNya. Mana yang benar-benar mencintai, dan mana yang cuma main-main. Dan salah satu bentuk keseriusan seorang hamba Allah dalam mencari cinta Yang Maha Pencinta adalah dengan melakukan pengorbanan. Bisa berkorban dengan tenaga, pikiran, dan harta di jalan Allah. Dan sebenarnya, pengorbanan itu bukan untuk kepentingan Allah. Allah Maha Kaya. Justru, pengorbanan akan menjadi energi baru bagi si pelaku itu sendiri

Kisah Seorang Ibu Bermata Satu

Kisah Seorang Ibu Bermata Satu
(Seorang sahabat menerjemahkan dari
versi aslinya the Story of The One-Eyed
Mother")

Ibuku hanya memiliki satu mata.
Aku membencinya dia sungguh membuatku
menjadi sangat memalukan.

Dia bekerja memasak buat para murid dan
guru di sekolah untuk menopang keluarga.
Ini terjadi pada suatu ketika aku duduk
di sekolah dasar dan ibuku datang. Aku
sungguh dipermalukan. Bagaimana bisa ia
tega melakukan ini padaku? Aku membuang
muka dan berlari meninggalkannya saat
bertemu dengannya.

Keesokan harinya di sekolah

Ibumu bermata satu?!?!� ?.
eeeee ejek seorang teman.
Akupun berharap ibuku segera lenyap dari
muka bumi ini.

Jadi kemudian aku katakan pada ibuku,
Ma kenapa engkau hanya memiliki satu
mata?! Kalau engkau hanya ingin aku
menjadi bahan ejekan orang-orang ,
kenapa engkau tidak segera mati
saja?!!!� ?

Ibuku diam tak bereaksi.

Aku merasa tidak enak, namun disaat yang
sama, aku rasa aku harus mengatakan apa
yang ingin aku katakan selama ini
Mungkin ini karena ibuku tidak pernah
menghukumku, akan tetapi aku tidak
berfikir kalau aku telah sangat melukai
perasaannya.

Malam itu

Aku terjaga dan bangun menuju ke dapur
untuk mengambil segelas air minum.
Ibuku sedang menangis disana
terisak-isak, mungkin karena khawatir
akan membangunkanku. Sesaat kutatap ia,
dan kemudian pergi meninggalkannya.

Setelah aku mengatakan perasaanku
sebelumnya padanya, aku merasa tidak
enak dan tertekan. Walau demikian, aku
benci ibuku yang menangis dengan satu
mata. Jadi aku bertekad untuk menjadi
dewasa dan menjadi orang sukses .

Kemudian aku tekun belajar. Aku
tinggalkan ibuku dan melanjutkan studiku
ke Singapore.

Kemudian aku menikah. Aku membeli
rumahku dengan jerih payahku. Kemudian,
akupun mendapatkan anak-anak, juga.

Sekarang aku tinggal dengan bahagia
sebagai seorang yang sukses. Aku
menyukai tempat tinggal ini karena
tempat ini dapat membantuku melupakan ibuku.

Kebahagiaan ini bertambah besar dan
besar, ketika

Apa ?! Siapa ini?!

Ini adalah ibuku Masih dengan mata
satunya. Aku merasa seolah-olah langit
runtuh menimpaku. Bahkan anak-anakku
lari ketakutan melihat ibuku yang
bermata satu.

Aku bertanya padanya, Siapa kamu?!. Aku
tidak mengenalmu!! !� ? kukatakan
seolah-olah itu benar. Aku memakinya,
Berani sekali kamu datang ke rumahku
dan menakut-nakuti anak-anakku! KELUAR
DARI SINI!! SEKARANG JUGA!!!� ?.

Ibuku hanya menjawab, Oh, maafkan aku.
Aku mungkin salah alamat.� ?
Kemudian ia berlalu dan hilang dari
pandanganku.

Oh syukurlah Dia tidak mengenaliku. Aku
agak lega. Kukatakan pada diriku kalau
aku tidak akan khawatir, atau akan
memikirkannya lagi. Dan akupun menjadi
merasa lebih lega

Suatu hari, sebuah undangan menghadiri
reuni sekolah dikirim ke alamat rumahku
di Singapore. Jadi, aku berbohong pada
istriku bahwa aku akan melakukan
perjalanan dinas. Setelah menghadiri
reuni sekolah, aku mengunjungi sebuah
gubuk tua, dulu merupakan rumahku Hanya
sekedar ingin tahu saja.

Di sana , aku mendapati ibuku terjatuh
di tanah yang dingin. Tapi aku tidak
melihatnya ia mengeluarkan air mata. Ia
memegang selembar surat ditangannya
Sebuah surat untukku.

Anakku
Aku rasa hidupku cukup sudah kini
Dan aku tidak akan pergi ke Singapore lagi
Tapi apakah ini terlalu berlebihan bila
aku mengharapkan engkau yang datang
mengunjungiku sekali-kali? Aku sungguh
sangat merindukanmu

Dan aku sangat gembira ketika kudengar
bahwa engkau datang pada reuni sekolah .
Tapi aku memutuskan untuk tidak pergi ke
sekolahan. Demi engkau

Dan aku sangat menyesal karna aku hanya
memiliki satu mata, dan aku telah sangat
memalukan dirimu.

Kau tahu, ketika engkau masih kecil,
engkau mengalami sebuah kecelakaan, dan
kehilangan salah satu matamu. Sebagai
seorang ibu, aku tidak bisa tinggal diam
melihat engkau akan tumbuh besar dengan
hanya memiliki satu mata. Jadi kuberikan
salah satu mataku untukmu

Aku sangat bangga akan dirimu yang telah
dapat melihat sebuah dunia yang baru
untukku, di tempatku, dengan mata
tersebut. Aku tidak pernah merasa marah
dengan apa yang kau pernah kau lakukan
Beberapa kali engkau memarahiku

Aku berkata pada diriku, Ini karena ia
mencintaiku

Teman-temanku

Pesan (di atas) ini sungguh memiliki
sebuah arti yang sangat mendalam dan
dikirim untuk mengingatkan banyak orang
bahwa kebaikan yang telah mereka nikmati
selama ini adalah berkat seseorang,
entah secara langsung maupun tidak langsung.
Renungkan sesaat dan lihatlah dirimu!.

Berterima kasihlah akan apa yang kamu
miliki saat ini dibandingkan dengan
jutaan orang yang tidak memiliki
kehidupan seperti yang engkau peroleh
saat ini !

Bawalah (selalu) ibumu dalam doa di
mana saja engkau berada !�?

------

The Story of the One-Eyed Mother

My mom only had one eye.
I hated her... she was such an
embarrassment. ..
She cooked for students & teachers...to
support the family.
There was this one day during elementary
school and my mom came.
I was so embarrassed. How could she do
this to me?
I threw her a hateful look and ran out.

The next day at school...
"Your mom only has one eye?!?!"...eeeee
said a friend.
I wished my mom would just disappear
from this world.
So I said to my mom, "Mom... Why don't
you have the other eye?!
If you're only gonna make me a laughing
stock, why don't you just
die?!!!"

My mom did not respond...
I guess I felt a little bad, but at the
same time, it felt good to
think that I had said what I'd wanted to
say all this time...
Maybe it was because my mom hadn't
punished me, but I didn't think
that I had hurt her feelings very badly.

That night...
I woke up, and went to the kitchen to
get a glass of water.
My mom was crying there, so quietly, as
if she was afraid that she
might wake me.
I took a look at her, and then turned away.
Because of the thing I had said to her
earlier, there was something
pinching at me in the corner of my heart.
Even so, I hated my mother who was
crying out of her one eye.
So I told myself that I would grow up
and become successful.

Then I studied real hard. I left my
mother and went to Singapore to
study.

Then, I got married. I bought a house of
my own. Then I had kids,
too...
Now I'm living happily as a successful man.
I like it here because it's a place that
doesn't remind me of my mom.

This happiness was getting bigger and
bigger, when...

What?! Who's this?!
It was my mother...Still with her one eye.
I felt as if the whole sky was falling
apart on me.
Even my children ran away, scared of my
mom's eye.
And I asked her, "Who are you?!" "I
don't know you!!!" as if trying to
make that real.
I screamed at her, "How dare you come to
my house and scare my
children!"
GET OUT OF HERE! NOW!!!"

And to this, my mother quietly answered,
"Oh, I'm so sorry.
I may have gotten the wrong address,"
and she disappeared out of sight.

Thank goodness... She doesn't recognize
me. I was quite relieved.
I told myself that I wasn't going to
care, or think about this for the
rest of my life.
Then a wave of relief came upon me...

One day, a letter regarding a school
reunion came to my house in
Singapore.
So, lying to my wife that I was going on
a business trip, I went. After
the reunion, I went down to the old
shack, that I used to call a
house... Just out of curiosity

There, I found my mother fallen on the
cold ground. But I did not shed
a single tear.
She had a piece of paper in her
hand....It was a letter to me.

"My son...
I think my life has been long enough now...
And... I wont visit Singapore anymore...
But would it be too much to ask if I
wanted you to come visit me once
in a while? I miss you so much..
And I was so glad when I heard you were
coming for the reunion. But I
decided not to go to the school.
For you...
And I'm sorry that I only have one eye,
and I was an embarrassment for
you.

You see, when you were very little, you
got into an accident, and lost
your eye.
As a mom, I couldn't stand watching you
having to grow up with only one eye...
So I gave you mine...
I was so proud of my son that was seeing
a whole new world for me, in
my place, with that eye.
I was never upset at you for anything
you did..
The couple times that you were angry
with me.. I thought to myself,
'It's because he loves me..'
My son... Oh, my son... "

This message has a very deep meaning and
is passed to remind people of
the goodness they have enjoy was because
of others directly or
indirectly.
Pause a moment and consider your life!
Be thankful of what you have today
compared to many millions who do not
live lives as you do!

Selasa, 29 Juli 2008


bwat bikin 3d di photoshop itu sbnernye gampang banged, hmm... kata tmen2 sih rada susah, tapi ada banyak carana, ke tutorial ini niiii... nyok kita bikin logo bernuansa 3d


siapin canvas 400 x 400 px.


ambil salah satu shape di photoshop. gambar objek na.



COWO BANGET kan ??? gagagaagagakakkkkk :D


transform pake perspektiv ...



teken enter.


transform lagi, tapi kali ini khusus tinggina sajah, menjadi 70 %



enter juga


duplikat sekali, geser make panah ke atas. ulangi ampe beberapa kali, jadi keliatan tebel 3d na



klik pada layer teratas, kasi style ke gini:






woke, beralih ke base shape paling dasar. kasi style juga





untuk kesan glossy, kasi gradasi transparent. [CTRL+Click] pada layer shape paling atas, pilih menu Select > Modify > Contract ( 2px )




kurangi opacity na....


delete sebagian gradasi make marquee tool....



ubah blending mode layer menjadi overlay



jadi dah... hahahahakkk




 


© Copyright 2008 www.dremi.info Original Post: Cool 3D Logo Category: Interface
About the Author: dr.emi is a free man to distribute anything that he was founded. As a Webmaster He was publishing www.dremi.info to create one community that loves free idealism. Very specialy in Design Category. Welcome to love it!


Sumber dari situs Ilmu Website dalam kategori photoshop dengan judul Cool 3D Logo

Sabtu, 05 Juli 2008

Tazkiyatun Nafs

20 Cara Menguatkan Iman Anda
Oleh: Mochamad Bugi
Kirim

Siswa SMA Shalat Dzuhurdakwatuna.com - “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benarnya takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam.” (Ali Imran: 102)

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya, dan daripada keduanya Allah mengembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang denan (menggunakan) nama-Nya kami saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An-Nisa: 1)

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan, barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah mendapatkan kemenangan yang besar.”

Begitulah perintah Allah kepada kita agar kita bertakwa. Namun, iman di dalam hati kita bukanlah sesuatu yang statis. Iman kita begitu dinamis. Bak gelombang air laut yang kadang pasang naik dan kadang pasang surut.

Ketika kondisi iman kita lemah dan kondisi lemah itu kita masih ada dalam kebaikan, kita beruntung. Namun, bila ketika kondisi iman kita lemah dan kondisi lemah itu membuat kita ada di luar koridor ajaran Rasulullah saw., kita celaka. Rasulullah saw. bersabda, “Engkau mempunyai amal yang bersemangat, dan setiap semangat mempunyai kelemahan. Barangsiapa yang kelemahannya tertuju pada sunnahku, maka dia telah beruntung. Dan, siapa yang kelemahannya tertuju kepada selain itu, maka dia telah binasa.” (Ahmad)

Begitulah kondisi hati kita. Sesuai dengan namanya, hati –dalam bahasa Arab qalban—selalu berubah-ubah (at-taqallub) dengan cepat. Rasulullah saw. berkata, “Dinamakan hati karena perubahannya. Sesungguhnya hati itu ialah laksana bulu yang menempel di pangkal pohon yang diubah oleh hembusan angin secara terbalik.” (Ahmad dalam Shahihul Jami’ no. 2365)

Karena itu Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita sebuah doa agar Allah saw. menetapkan hati kita dalam ketaatan. “Ya Allah Yang membolak-balikan hati-hati manusia, balikanlah hati kami untuk taat kepada-Mu.” (Muslim no. 2654)

Hati kita akan kembali pada kondisi ketaatan kepada Allah swt. jika kita senantiasa memperbaharui keimanan kita. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya iman itu dijadikan di dalam diri salah seorang di antara kamu sekalian sebagaimana pakaian yang dijadikan, maka memohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di dalam hatimu.” (Al-Hakim di Al-Mustadrak, 1/4; Al-Silsilah Ash-Shahihain no. 1585; Thabrany di Al-Kabir)

Bagaimana cara memperbaharui iman? Ada 20 sarana yang bisa kita lakukan, yaitu sebagai berikut.

1. Perbanyaklah menyimak ayat-ayat Al-Quran

Al-Qur’an diturunkan Allah sebagai cahaya dan petunjuk, juga sebagai obat bagi hati manusia. “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Isra’: 82).

Kata Ibnu Qayyim, yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim untuk menyembuhkan hatinya melalui Al-Quran, “Caranya ada dua macam: pertama, engkau harus mengalihkan hatimu dari dunia, lalu engkau harus menempatkannya di akhirat. Kedua, sesudah itu engkau harus menghadapkan semua hatimu kepada pengertian-pengertian Al-Qur’an, memikirkan dan memahami apa yang dimaksud dan mengapa ia diturunkan. Engkau harus mengamati semua ayat-ayat-Nya. Jika suatu ayat diturunkan untuk mengobati hati, maka dengan izin Allah hati itu pun akan sembuh.”

2. Rasakan keagungan Allah seperti yang digambarkan Al-Qur’an dan Sunnah

Al-Qur’an dan Sunnah banyak sekali mengungkap keagungan Allah swt. Seorang muslim yang ketika dihadapkan dengan keagungan Allah, hatinya akan bergetar dan jiwanya akan tunduk. Kekhusukan akan hadir mengisi relung-relung hatinya.

Resapi betapa agungnya Allah yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui, yang memiliki nama-nama yang baik (asma’ul husna). Dialah Al-’Azhim, Al-Muhaimin, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Qawiyyu, Al-Qahhar, Al-Kabiir, Al-Muth’ali. Dia yang menciptakan segala sesuatu dan hanya kepada-Nya lah kita kembali.

Jangan sampai kita termasuk orang yang disebut ayat ini, “Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi dan seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.” (Az-Zumar: 67)

3. Carilah ilmu syar’i

Sebab, Al-Qur’an berkata, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya ialah orang-orang yang berilmu.” (Fathir: 28). Karenanya, dalamilah ilmu-ilmu yang mengantarkan kita pada rasa takut kepada Allah.

Allah berfirman, “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Az-Zumar: 9). Orang yang tahu tentang hakikat penciptaan manusia, tahu tentang syariat yang diturunkan Allah sebagai tata cara hidup manusia, dan tahu ke mana tujuan akhir hidup manusia, tentu akan lebih khusyuk hatinya dalam ibadah dan kuat imannya dalam aneka gelombang ujian ketimbang orang yang jahil.

Orang yang tahu tentang apa yang halal dan haram, tentu lebih bisa menjaga diri daripada orang yang tidak tahu. Orang yang tahu bagaiman dahsyatnya siksa neraka, tentu akan lebih khusyuk. Orang yang tidak tahu bagaimana nikmatnya surga, tentu tidak akan pernah punya rasa rindu untuk meraihnya.

4. Mengikutilah halaqah dzikir
Suatu hari Abu Bakar mengunjungi Hanzhalah. “Bagaimana keadaanmu, wahai Hanzhalah?” Hanzhalah menjawab, “Hanzhalah telah berbuat munafik.” Abu Bakar menanyakan apa sebabnya. Kata Hanzhalah, “Jika kami berada di sisi Rasulullah saw., beliau mengingatkan kami tentang neraka dan surga yang seakan-akan kami bisa melihat dengan mata kepala sendiri. Lalu setelah kami pergi dari sisi Rasulullah saw. kami pun disibukkan oleh urusan istri, anak-anak, dankehidupan, lalu kami pun banyak lupa.”

Lantas keduanya mengadukan hal itu kepada Rasulullah saw. Kata Rasulullah, “Demi jiwaku yang ada di dalam genggaman-Nya, andaikata kamu sekalian tetap seperti keadaanmu di sisiku dan di dalam dzikir, tentu para malaikat akan menyalami kamu di atas kasurmu dan tatkala kamu dalam perjalanan. Tetapi, wahai Hanzhalah, sa’atah, sa’atan, sa’atan.” (Shahih Muslim no. 2750)

Begitulah majelis dzikir. Bisa menambah bobot iman kita. Makanya para sahabat sangat bersemangat mengadakan pertemuan halaqah dzikir. “Duduklah besama kami untuk mengimani hari kiamat,” begitu ajak Muadz bin Jabal. Di halaqah itu, kita bisa melaksanakan hal-hal yang diwajibkan Allah kepada kita, membaca Al-Qur’an, membaca hadits, atau mengkaji ilmu pengetahuan lainnya.

5. Perbanyaklah amal shalih

Suatu ketika Rasulullah saw. bertanya, “Siapa di antara kalian yang berpuasa di hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Lalu Rasulullah saw. bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Saya.” Lalu Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah amal-amal itu menyatu dalam diri seseorang malainkan dia akan masuk surga.” (Muslim)

Begitulah seorang mukmin yang shaddiq (sejati), begitu antusias menggunakan setiap kesempatan untuk memperbanyak amal shalih. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan surga. “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabb-mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.” (Al-Hadid: 21)

Begitulah mereka. Sehingga keadaan mereka seperti yang digambarkan Allah swt., “Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam, dan pada akhir-akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah). Dan, pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (Adz-Dzariyat: 17-19)

Banyak beramal shalih, akan menguatkan iman kita. Jika kita kontinu dengan amal-amal shalih, Allah akan mencintai kita. Dalam sebuah hadits qudsy, Rasulullah saw. menerangkan bahwa Allah berfirman, “Hamba-Ku senantiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan mengerjakan nafilah sehingga Aku mencintainya.” (Shahih Bukhari no. 6137)

6. Lakukan berbagai macam ibadah

Ibadah memiliki banyak ragamnya. Ada ibadah fisik seperti puasa, ibadah materi seperti zakat, ibadah lisan seperti doa dan dzikir. Ada juga ibadah yang yang memadukan semuanya seperti haji. Semua ragam ibadah itu sangat bermanfaat untuk menyembuhkan lemah iman kita.

Puasa membuat kita khusyu’ dan mempertebal rasa muraqabatullah (merasa diawasi Allah). Shalat rawatib dapat menyempurnakan amal-amal wajib kita kurang sempurna kualitasnya. Berinfak mengikis sifat bakhil dan penyakit hubbud-dunya. Tahajjud menambah kekuatan.

Banyak melakukan berbagai macam ibadah bukan hanya membuat baju iman kita makin baru dan cemerlang, tapi juga menyediakan bagi kita begitu banyak pintu untuk masuk surga. Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menafkahi dua istri di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari pintu-pintu surga: ‘Wahai hamba Allah, ini adalah baik.’ Lalu barangsiapa yang menjadi orang yang banyak mendirikan shalat, maka dia dipanggil dari pintu shalat. Barangsiapa menjadi orang yang banyak berjihad, maka dia dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa menjadi orang yang banyak melakukan puasa, maka dia dipanggil dari pintu ar-rayyan. Barangsiapa menjadi orang yang banyak mengeluarkan sedekah, maka dia dipanggil dari pintu sedekah.” (Bukhari no. 1798)

7. Hadirkan perasaan takut mati dalam keadaan su’ul khatimah

Rasa takut su’ul khatimah akan mendorong kita untuk taat dan senantiasa menjaga iman kita. Penyebab su’ul khatimah adalah lemahnya iman menenggelamkan diri kita ke dalam jurang kedurhakaan. Sehingga, ketika nyawa kita dicabut oleh malaikat Izrail, lidah kita tidak mampu mengucapkan kalimat laa ilaha illallah di hembusan nafas terakhir.

8. Banyak-banyaklah ingat mati

Rasulullah saw. bersabda, “Dulu aku melarangmu menziarahi kubur, ketahuilah sekarang ziarahilah kubur karena hal itu bisa melunakan hati, membuat mata menangism mengingatkan hari akhirat, dan janganlah kamu mengucapkan kata-kata yang kotor.” (Shahihul Jami’ no. 4584)

Rasulullah saw. juga bersabda, “Banyak-banyaklah mengingat penebas kelezatan-kelezatan, yakni kematian.” (Tirmidzi no. 230)

Mengingat-ingat mati bisa mendorong kita untuk menghindari diri dari berbuat durhaka kepada Allah; dan dapat melunakkan hati kita yang keras. Karena itu Rasulullah menganjurkan kepada kita, “Kunjungilah orang sakit dan iringilah jenazah, niscaya akan mengingatkanmu terhadap hari akhirat.” (Shahihul Jami’ no. 4109)

Melihat orang sakit yang sedang sakaratul maut sangat memberi bekas. Saat berziarah kubur, bayangkan kondisi keadaan orang yang sudah mati. Tubuhnya rusak membusuk. Ulat memakan daging, isi perut, lidah, dan wajah. Tulang-tulang hancur.

Bayangan seperti itu jika membekas di dalam hati, akan membuat kita menyegerakan taubat, membuat hati kita puas dengan apa yang kita miliki, dan tambah rajin beribadah.

9. Mengingat-ingat dahsyatnya keadaan di hari akhirat

Ada beberapa surat yang menceritakan kedahsyatan hari kiamat. Misalnya, surah Qaf, Al-Waqi’ah, Al-Qiyamah, Al-Mursalat, An-Naba, Al-Muththaffifin, dan At-Takwir. Begitu juga hadits-hadits Rasulullah saw.

Dengan membacanya, mata hati kita akan terbuka. Seakan-akan kita menyaksikan semua itu dan hadir di pemandangan yang dahsyat itu. Semua pengetahuan kita tentang kejadian hari kiamat, hari kebangkitan, berkumpul di mahsyar, tentang syafa’at Rasulullah saw., hisab, pahala, qishas, timbangan, jembatan, tempat tinggal yang kekal di surga atau neraka; semua itu menambah tebal iman kita.

10. Berinteraksi dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan fenomena alam

Aisyah pernah berkata, “Wahai Rasulullah, aku melihat orang-orang jika mereka melihat awan, maka mereka gembira karena berharap turun hujan. Namun aku melihat engkau jika engkau melihat awan, aku tahu ketidaksukaan di wajahmu.” Rasulullah saw. menjawab, “Wahai Aisyah, aku tidak merasa aman jika di situ ada adzab. Sebab ada suatu kaum yang pernah diadzab dikarenakan angin, dan ada suatu kaum yang melihat adzab seraya berkata, ‘Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami’.” (Muslim no. 899)

Begitulah Rasulullah saw. berinteraksi dengan fenomena alam. Bahkan, jika melihat gerhana, terlihat raut takut di wajah beliau. Kata Abu Musa, “Matahari pernah gerhana, lalu Rasulullah saw. berdiri dalam keadaan ketakutan. Beliau takut karena gerhana itu merupakan tanda kiamat.”

11. Berdzikirlah yang banyak

Melalaikan dzikirulah adalah kematian hati. Tubuh kita adalah kuburan sebelum kita terbujur di kubur. Ruh kita terpenjara. Tidak bisa kembali. Karena itu, orang yang ingin mengobati imannya yang lemah, harus memperbanyak dzikirullah. “Dan ingatlah Rabb-mu jika kamu lupa.” (Al-Kahfi: 24) “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lha hati menjadi tentram.” (Ar-Ra’d: 28)

Ibnu Qayim berkata, “Di dalam hati terdapat kekerasan yang tidak bisa mencair kecuali dengan dzikrullah. Maka seseorang harus mengobati kekerasan hatinya dengan dzikrullah.”

12. Perbanyaklah munajat kepada Allah dan pasrah kepada-Nya

Seseorang selagi banyak pasrah dan tunduk, niscaya akan lebih dekat dengan Allah. Sabda Rasulullah saw., “Saat seseorang paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia dalam keadaan sujud, maka perbanyaklah doa.” (Muslim no. 428)

Seseorang selagi mau bermunajat kepada Allah dengan ucapan yang mencerminkan ketundukan dan kepasrahan, tentu imannya semakin kuat di hatinya. Semakin menampakan kehinaan dan kerendahan diri kepada Allah, semakin kuat iman kita. Semakin banyak berharap dan meminta kepada Allah, semakin kuat iman kita kepada Allah swt.

13. Tinggalkan angan-angan yang muluk-muluk

Ini penting untuk meningkatkan iman. Sebab, hakikat dunia hanya sesaat saja. Banyak berangan-angan hanyalah memenjara diri dan memupuk perasaan hubbud-dunya. Padahal, hidup di dunia hanyalah sesaat saja.

Allah swt. berfirman, “Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun, kemudian datang kepada mereka adzab yang telah dijanjikan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.” (Asy-Syu’ara: 205-207)

“Seakan-akan mereka tidak pernah diam (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari.” (Yunus: 45)

14. Memikirkan kehinaan dunia

Hati seseorang tergantung pada isi kepalanya. Apa yang dipikirkannya, itulah orientasi hidupnya. Jika di benaknya dunia adalah segala-galanya, maka hidupnya akan diarahkan untuk memperolehnya. Cinta dunia sebangun dengan takut mati. Dan kata Allah swt., “Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (Ali Imran)

Karena itu pikirkanlah bawa dunia itu hina. Kata Rasulullah saw., “Sesungguhnya makanan anak keturunan Adam itu bisa dijadikan perumpamaan bagi dunia. Maka lihatlah apa yang keluar dari diri anak keturunan Adam, dan sesungguhnya rempah-rempah serta lemaknya sudah bisa diketahui akan menjadi apakah ia.” (Thabrani)

Dengan memikirkan bahwa dunia hanya seperti itu, pikiran kita akan mencari orientasi ke hal yang lebih tinggi: surga dan segala kenikmatan yang ada di dalamnya.

15. Mengagungkan hal-hal yang terhormat di sisi Allah

“Barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu dari ketakwaan hati.” (Al-Hajj: 32)

“Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Rabb-nya.” (Al-Hajj: 30)

Hurumatullah adalah hak-hak Allah yang ada di diri manusia, tempat, atau waktu tertentu. Yang termasuk hurumatullah, misalnya, lelaki pilihan Muhammad bin Abdullah, Rasulullah saw.; tempat-tempat suci (Masjid Haram, Masjid Nabawi, Al-Aqha), dan waktu-waktu tertentu seperti bulan-bulan haram.

Yang juga termasuk hurumatullah adalah tidak menyepelekan dosa-dosa kecil. Sebab, banyak manusia binasa karena mereka menganggap ringan dosa-dosa kecil. Kata Rasulullah saw., “Jauhilah dosa-dosa kecil, karena dosa-dosa kecil itu bisa berhimpun pada diri seseornag hingga ia bisa membinasakan dirinya.”

16. Menguatkan sikap al-wala’ wal-bara’

Al-wala’ adalah saling tolong menolong dan pemberian loyalitas kepada sesama muslim. Sedangkan wal-bara adalah berlepas diri dan rasa memusuhi kekafiran. Jika terbalik, kita benci kepada muslim dan amat bergantung pada musuh-musuh Allah, tentu keadaan ini petanda iman kita sangat lemah.

Memurnikan loyalitas hanya kepada Alah, Rasul, dan orang-orang beriman adalah hal yang bisa menghidupkan iman di dalam hati kita.

17. Bersikap tawadhu

Rasulullah saw. bersabda, “Merendahkan diri termasuk bagian dari iman.” (Ibnu Majah no. 4118)

Rasulullah juga berkata, “Barangsiapa menanggalkan pakaian karena merendahkan diri kepada Allah padahal dia mampu mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hati kiamat bersama para pemimpin makhluk, sehingga dia diberi kebebasan memilih di antara pakaian-pakaian iman mana yang dikehendaki untuk dikenakannya.” (Tirmidzi no. 2481)

Maka tak heran jika baju yang dikenakan Abdurrahman bin Auf –sahabat yang kaya—tidak beda dengan yang dikenakan para budak yang dimilikinya.

18. Perbanyak amalan hati

Hati akan hidup jika ada rasa mencintai Allah, takut kepada-Nya, berharap bertemu dengan-Nya, berbaik sangka dan ridha dengan semua takdir yang ditetapkan-Nya. Hati juga akan penuh dengan iman jika diisi dengan perasaan syukur dan taubat kepada-Nya. Amalan-amalan hati seperti itu akan menghadirkan rasa khusyuk, zuhud, wara’, dan mawas diri. Inilah halawatul iman (manisnya iman)

19. Sering menghisab diri

Allah berfirman, “Hai orang-ornag yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (Al-Hasyr: 18)

Umar bin Khattab r.a. berwasiat, “Hisablah dirimu sekalian sebelum kamu dihisab.” Selagi waktu kita masih longgar, hitung-hitunglah bekal kita untuk hari akhirat. Apakah sudah cukup untuk mendapat ampunan dan surga dari Allah swt.? Sungguh ini sarana yang efektif untuk memperbaharui iman yang ada di dalam diri kita.

20. Berdoa kepada Allah agar diberi ketetapan iman

Perbanyaklah doa. Sebab, doa adalah kekuatan yang luar biasa yang dimiliki seorang hamba. Rasulullah saw. berwasiat, “Iman itu dijadikan di dalam diri salah seorang di antara kamu bagaikan pakaian yang dijadikan, maka memohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di dalam hatimu.”

Ya Allah, perbaharuilah iman yang ada di dalam dada kami. Tetapkanlah hati kami dalam taat kepadamu. Tidak ada daya dan upaya kami kecuali dengan pertolonganMu.

Tazkiyatun Nafs

Hati-hati dengan Pujian
Oleh: Muhammad Nuh
Kirim

dakwatuna.com - “Orang yang diajak musyawarah (dimintai pendapat) adalah yang bisa memegang amanat (dapat menyimpan rahasia).” (HR. Athabrani)

Maha Sayang Allah yang telah menganugerahkan hidayah pada hati-hati yang tunduk. Ruang hati pun terpenuhi cahaya iman. Kilauannya bisa meleburkan kesombongan, kekikiran, dan benci. Dari hati inilah, rahasia hamba-hamba Allah terjaga dan terawat.

Kelengahan terjadi ketika orang banyak bicara

Tak ada yang salah dari orang yang banyak bicara. Selama yang dibicarakan berisi nasihat, dakwah, pengajaran; bicara justru jadi ibadah. Tapi ketika bicara tak lagi punya isi: canda, obrolan kosong, dan lain-lain; bicara bisa memunculkan fitnah. Dan salah satu fitnah itu, terungkapnya rahasia. Bisa rahasia pribadi, keluarga, bahkan organisasi.

Rasulullah saw. pernah memberi nasihat agar seorang mukmin senantiasa bicara yang baik-baik. Atau, diam. Inilah sebuah pelajaran bahwa lidah bisa memunculkan kesalahan fatal. Ketika orang tak lagi mampu mengendalikan syahwat bicaranya, berbagai kesalahan termasuk terungkapnya rahasia bisa muncul begitu saja. Ringan. Tanpa beban.

Ketika orang tak lagi sungkan bicara yang remeh temeh, gosip; maka aib bisa terbaca pendengar dengan mudah. Bisa aib diri sendiri, isteri, orang tua, tetangga, dan lain-lain.

Biasanya, orang yang terlalu banyak bicara rentan keceplosan. Begitu rentan membeberkan sebuah rahasia dan aib yang tabu untuk diungkapkan. Dengan kata lain, banyak bicara nyaris bisa sama dengan kurang amanah.

Rasulullah saw. pernah memberi nasihat, “Barangsiapa banyak bicara maka banyak pula salahnya dan barangsiapa banyak salah maka banyak pula dosanya. Siapa yang banyak dosanya maka api neraka lebih utama baginya.” (HR Athabrani)

Kelengahan terjadi ketika orang haus pujian

Pujian dalam takaran tertentu memang punya pengaruh baik. Dalam manajemen, ada istilah punish and reward: hukuman dan penghargaan. Sebuah kesalahan akan cepat terkikis jika ada hukuman. Dan sebaliknya, sebuah prestasi akan terus meningkat jika ada penghargaan. Dan penghargaan inilah sebagai bentuk lain dari pujian.

Masalah akan muncul jika pujian bukan lagi sebagai sarana. Tapi, tujuan. Pujian jenis ini bisa dibilang sebagai penyakit. Apa pun bisa dikorbankan asal bisa dapat pujian. Biasanya, orang yang rawan terhinggap penyakit ini mereka yang tergolong orang ‘besar’, jenius, kaya, pejabat, dan sebagainya. Rasulullah saw. mengatakan, “Berhati-hatilah dengan pujian. Sesungguhnya itu adalah penyembelihan.” (HR. Al-Bukhari)

Orang yang cinta pujian selalu ingin terlihat tampil lebih. Termasuk saat menyampaikan gagasan, usulan, dan sejenisnya. Karena terdorong ingin terlihat lebih, tidak heran jika sesuatu yang sebenarnya tergolong rahasia bisa keluar begitu saja. Tanpa beban.

Di satu sisi, orang memang akan menilainya lebih. Dan pujian pun mengalir. Tapi, ada kelemahan yang mudah terbaca: “Berikan saja pujian, dia akan memberikan apa pun yang Anda minta.”

Salah satu yang membuat takluk Abu Sufyan saat pengepungan Mekah adalah isi pengumuman Rasul. “Siapa yang masuk Masjidil Haram, ia aman. Dan siapa yang masuk rumah Abu Sufyan, ia juga aman.” Dan itu salah satu bentuk pujian.

Sedemikian dahsyatnya pengaruh pujian, Rasulullah saw. pernah mengatakan, “Taburkanlah pasir ke wajah orang-orang yang suka memuji dan menyanjung-nyanjung.” (HR. Muslim)

Kelengahan terjadi ketika orang dangkal pemahaman

Semakin paham seseorang, kian sangat berhati-hati dalam melangkah. Sebaliknya, kian dangkal pemahaman seseorang, semakin sembrono mengambil pilihan. Inilah standar penilaian yang bisa diambil.

Karena itu, jangan pernah titipkan rahasia ke orang yang dangkal pemahaman. Karena rahasia akan sangat gampang bocor dan menyebar. Bahkan mungkin, karena dangkalnya pemahaman, si pembocor sendiri tidak menyadari kalau ia sedang melakukan pembocoran.

Sebuah ucapan Rasulullah saw. tentang orang bodoh yang mengumbar aib sendiri mungkin patut disimak. Beliau saw. mengatakan, “Semua umatku diampuni kecuali yang berbuat (keji) terang-terangan. Yaitu yang melakukannya pada malam hari lalu ditutup-tutupi oleh Allah, tetapi esok paginya dia membeberkan sendiri dengan berkata, ‘Hai Fulan, tadi malam aku berbuat begini…begini.’ Dia membuka tabir yang telah disekat oleh Allah Azza wajalla.” (HR. Mutafaq ‘alaih)

Kelengahan terjadi ketika lingkungan kurang menghargai nilai kebaikan

Ini mungkin agak lain. Karena terungkapnya sebuah aib atau rahasia bukan sekadar dari dalam diri. Tapi, dari lingkungan. Orang yang amanah dalam rahasia kadang bisa larut dengan lingkungan yang menganggap sudah tidak punya rahasia. Mereka begitu mudah membuka rahasia orang lain.

Bahkan dalam dunia politik, membongkar rahasia orang lain bisa dianggap prestasi. Karena di situlah lawan bisa terjungkal. Padahal, orang lain pun sedang menunggu kesempatan. Suatu saat, rahasia bisa dibuka secara bersama-sama. Kalau saya jatuh, dia pun harus terjungkal.

Rasulullah saw. menasihati kita untuk tidak seperti itu. Beliau saw. bersabda, “Hendaklah kamu bertakwa kepada Allah. Jika seorang membongkar keburukan yang diketahuinya pada dirimu janganlah kamu membongkar keburukan yang kamu ketahui ada pada dirinya.” (HR. Ahmad dan Attirmidzi)

Selasa, 24 Juni 2008

MAKE UP MUSLIMAH

1. Jadikanlah GHADHDHUL BASHOR (menundukkan pandangan) sebagai hiasan kedua mata anda, niscaya anda, akan semakin manis.
2. Oleskan LIPSTIK KEJUJURAN pada bibir anda, niscaya anda akan semakin cantik dan menawan.
3. Gunakanlah pemerah pipi anda dengan KOSMETIK HAYA’ (malu) yang dijual di salon iman, niscaya anda akan semakin cantik.
4. Pakailah SABUN ISTIGHFAR untuk menghilangkan dosa dan kesalahan yang anda lakukan.
5. Rawatlah rambut anda dengan SHAMPOO JILBAB ISLAMI, niscaya Anda akan terhindar dari ketombe pandangan laki-laki yang membahayakan.
6. Hiasi tangan anda dengan GELANG TAWADHU (rendah hati) dan jari anda dengan CINCIN UKHUWAH (persaudaraan) & persahabatan).
7. Pakailah GIWANG MUSTAMI’ (pendengaran) yang taat pada Allah dan Rasul-Nya serta pemimpin yang beriman pada kedua belah telinga anda, niscaya anda akan tambah anggun mempesona.
8. Sebaik-baik kalung yang harus anda pakai adalah KALUNG KESUCIAN.
9. Pakailah PAKAIAN KEBESARAN TAQWA dengan menutup seluruh tubuh anda, niscaya anda akan menjadi lebih anggun dan berwibawa.
10. Gunakanlah KAOS KAKI DA’WAH dan SEPATU JIHAD, niscaya anda termasuk orang yang beruntung dan menggetarkan musuh-musuh Allah

Akhwat sejati

Suatu ketika, seorang santri putra bertanya pada Ustadznya: Ya Ustadz, Ceritakan Kepadaku Tentang Akhwat Sejati…

Sang Ustadz pun tersenyum dan menjawab…Akhwat Sejati bukanlah dilihat dari sekedar jilbabnya yang lebar, tetapi dari bagaimana ia menjaga pandangan mata (ghudhul bashar), sikap, akhlak, kehormatan dan kemurnian islamnya….

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari kelembutan suaranya, tetapi dari lantangnya ia mengatakan kebenaran di hadapan laki2 bukan mahramnya…..

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari banyaknya jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya dengan anak2nya, keluarga dekatnya, para jama’ah, para tetangga dan orang2 di sekitarnya.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari bagaimana ia dihormati di tempat ia bekerja tetapi bagaimana ia dihormati di dalam rumah tangganya…

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari bagaimana ia pintar berhias dan memasak masakan yang enak2, tapi bagaimana ia bisa faham dan mengerti selera dan variasi makan suami dan anak2nya yang sebenarnya tidak rewel, pintar mengatur cash flow finansial keluarga, mengerti bagaimana berpenampilan menarik di hadapan suami dan selalu merasa cukup (qonaah) dengan segala pemberian dari sang suami di saat lapang maupun di saat sempit.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari wajahnya yang cantik, tetapi dari bagaimana ia bermurah senyum dan sejuk jika dilihat di hadapan suaminya dengan sepenuh hati tanpa dibuat2/dipaksakan.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari banyaknya ikhwan yang mencoba berta’aruf kepadanya, tetapi dari komitmennya untuk mengatakan bahwa sesungguhnya “Tidak ada kata “CINTA sebelum menikah.

Akhwat sejati bukanlah dilihat dari gelar sabuk hitam dalam olahraga beladirinya, tetapi dari sabarnya ia menghadapi lika-liku kehidupan…



Akhwat Sejati bukanlah dilihat dari sekedar banyaknya ia menghafal Al-Quran, tetapi dari pemahaman ia atas apa yang ia baca/hafal untuk kemudian ia amalkan dalam kehidupan sehari2.

….setelah itu, Si Murid kembali bertanya…

“Adakah Akhwat yang dapat memenuhi kriteria seperti itu, Ya Ustadz ?”

Sang Ustadz kembali tersenyum dan berkata: “Akhwat seperti itu ada, tapi langka.

Sekalipun ada, biasanya ia memiliki karakter khas antara lain; Sangat mencintai Allah dan RasulNya melebihi apapun, tidak lepas dari dunia da’wah (minimal di lingkungan sekitar tempat tinggalnya), hidup berjamaah tapi tidak dikenal ‘ashobiyah, tidak ingin dikenal-kecuali diminta/didesak oleh jama’ah (masyarakat), dari keturunan orang2 yang shalih/shalihat, berasal dari lingkungan yang sangat terpelihara, punya amalan ibadah harian, mingguan dan bulanan di atas rata2 orang kebanyakan, hidupnya sederhana namun tetap menarik dan bermanfaat buat orang lain, dikenal sebagai tetangga yang baik hati, sangat berbakti terhadap orang tua, sangat hormat kepada yang lebih tua dan sangat sayang terhadap yang lebih muda, sangat disiplin dengan sholat fardunya, rajin shaum sunnah dan qiyamullail & atau bisa jadi amalan ibadah terbaiknya disembunyikan dari mata orang2 yang mengenalnya, rajin memperbaiki istighfarnya (taubatan nashuha), rajin mendoakan saudara2nya terutama yang sedang dalam keadaan kesulitan atau sedang terdzolimi secara terang2an/tersembunyi, rajin bersilaturahim, rajin menuntut ilmu-mengaji- (terutama yang syar’i)/minimal rajin hadir di majlis ilmu dan mendengarkannya, senantiasa menambah/memperbaiki ilmunya dan menyampaikan semua ilmu yang ia ketahui setelah terlebih dahulu ia mengamalkannya, rajin membaca/menghafal alqur’an atau hadits dan buku2 yang bermanfaat, pintar/kuat hafalannya, sangat selektif soal makanan/minuman yang ia konsumsi, sangat perhatian terhadap kebersihan dan sangat disiplin sekali soal thaharah, sangat terjaga dari soal2 ikhtilat apalagi berkhalwat, jauh dari gosip-menggosip, lisan dan semua perbuatannya senantiasa terjaga dari hal2 yang sia2, zuhud, istiqomah, tegar, tidak takut/bersedih hati hingga berlarut2 melainkan sebentar (wajar), pandai menghibur dan pandai menutupi aib/kekurangan dirinya dan orang2 yang ia kenal, mudah memaafkan kesalahan/kekeliruan orang lain tanpa diminta dan tanpa dendam, ringan tangan untuk membantu sesama, mudah berinfak (bershadaqah), ikhlas, jauh dari riya, ujub, muhabahat, takabur dan tidak emosional, cukup sensitif tapi tidak terlalu sensitif (tidak mudah tersinggung), selalu berbuat ihsan dan muraqobatullah (selalu merasa dekat dan selalu merasa diawasi oleh Allah SWT baik di saat ramai maupun di saat sendirian), selalu berhusnudzon kepada setiap orang, benar2 berkarakter jujur (shiddiiq), amanah dan selalu menyampaikan yang haq dengan caranya yang terbaik (tabligh), pantang mengeluh/berkeluh kesah, sangat dewasa dalam menyikapi problematika kehidupan, mandiri, selalu optimis, terlihat selalu gembira dan menentramkan, hari2nya tidak lepas dari perhitungan (muhasabah) bahwa hari ini selalu ia usahakan lebih baik daripada kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini, dan senantiasa pandai bersyukur atas segala ni’mat (takdir baik) serta senantiasa sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan (takdir buruk) dalam segala keadaan. Kapan pun dan di manapun..

Si Murid rupa2nya masih penasaran, dan bertanya kembali kepada Sang Ustadz. “Ya Ustadz, adakah cara yang paling mudah untuk mendapatkannya? atau minimal bisa mendapatkan seorang Akhwat yang mendekati profil Akhwat Sejati??

Sang Ustadz pun dengan bijak segera menjawabnya: “Ada, jika antum ingin mendapatkan Akhwat Sejati nan benar2 Shalihat sebagai teman hidup maka SHALIHKAN DAHULU DIRI ANTUM…!! karena InsyaAllah Akhwat yang shalihat adalah pada dasarnya juga untuk Ikhwan yang shaalih…